Senyum bukan saja sekedar memberikan rasa senang bagi orang lain. Tetapi pribadi yang sering tersenyum telah dikaitkan dengan hidup yang lebih panjang, bahagia, dan sehat. Penelitian terbaru pun mengungkapkan kalau senyum mempengaruhi efektifitas kerja obat.
Dilansir dari Foxnews, para ahli di Harvard Medical School, menemukan ada perbedaan afektivitas obat pada kelompok orang yang diberikan informasi positif dan negatif. Pada kelompok pertama melaporkan rasa sakit mereka 30 % cepat berkurang saat diberi informasi positif dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Sementara itu, peneliti senior Ted Kaptchuk mengatakan status mental dapat dipengaruhi oleh status kesehatan begitu juga sebaliknya. Artinya apa yang dikatakan kepada seseorang akan berpengaruh pada otak dan juga tubuh.
Namun ia menegaskan agar tidak mengganti fungsi obat dengan senyuman. Bagaimanapun, tingkat kesembuhan pasien lebih tinggi dengan obat daripada dengan plasebo.
Sementara itu, studi dari University of Pittsburgh tersebut menemukan, dibandingkan dengan mereka yang selalu berpikir positif, orang yang pesimistis cenderung memiliki tekanan darah dan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi sehingga risiko kematian prematur pun meningkat.
Studi lain dari University of Kansas menemukan peserta yang lebih banyak tersenyum, terlepas dari perasaan mereka yang bahagia atau tidak melaporkan mempunyai laju jantung yang stresnya lebih rendah. Mereka mengatakan otot wajah tertentu dapat mengirim pesan pada otak bahwa kamu bahagia saat tersenyum.
“Orang yang melakukan ini melaporkan mood yang lebih baik sehingga menambah manfaat kesehatan mereka. Terbukti dari kunjungan ke RS tiga bulan berikutnya, hasilnya lebih baik dari sebelumnya,” ungkap peneliti Southern Methodist University.