Empat Pengaruh Negatif Aborsi Secara Psikologis

Empat Pengaruh Negatif Aborsi Secara Psikologis

Memiliki bayi adalah keputusan besar bagi wanita. Banyak yang mensyukuri kehadiran buah hati tersebut, namun tak sedikit yang merasa tak siap memiliki anak. Jika sudah terlanjur hamil, salah satu jalan yang diambil seringkali adalah dengan melakukan aborsi.
Aborsi bisa terjadi karena banyak alasan. Bisa jadi karena kehadiran bayi tersebut di luar pernikahan, masalah ekonomi, ataupun masalah kesehatan ibu. Apapun alasannya, setelah melakukan aborsi wanita pasti mengalami perubahan tak hanya segi fisik namun juga secara psikis.

Bagi wanita yang melakukan aborsi dengan alasan yang tak disukainya atau karena terpaksa, seringkali efek psikologisnya lebih besar dibandingkan dengan orang yang melakukan aborsi karena diharuskan, seperti ketika kehamilan bisa membahayakan
nyawa ibu. Berikut adalah beberapa efek buruk aborsi terhadap kesehatan mental wanita yang melakukannya, seperti dilansir oleh Mag for Women.

1. Kehilangan
Rasa kehilangan tentu akan muncul pada wanita yang melakukan aborsi. Sedikit banyaknya dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang dan cara pandangnya terhadap bayi yang sudah diaborsinya. Meski begitu, rasa kehilangan tentunya akan muncul pada pikiran wanita yang sudah melakukan aborsi. Terutama bagi mereka yang menganggap janin tersebut sudah seperti bayi.

2. Depresi
Wanita yang sedang hamil dan berharap memiliki bayi, namun pada akhirnya harus melakukan aborsi untuk masalah kesehatan tentunya bisa merasakan depresi karena kehilangan bayinya. Pada beberapa kasus, depresi bisa sangat parah dan bisa berujung pada pikiran untuk bunuh diri. Kerapuhan secara emosional dan psikologis bisa membuat wanita terus-menerus memikirkan hal yang buruk.

3. Rasa bersalah
Baik itu aborsi yang dilakukan tanpa alasan ataupun aborsi karena alasan kesehatan, wanita pasti mengalami rasa bersalah. Bagi wanita yang melakukan aborsi dengan keputusannya sendiri, dia akan bersalah karena merasa telah 'membunuh' janin dan tak memberinya kesempatan hidup. Sementara bagi wanita yang diharuskan aborsi karena masalah kesehatan bisa jadi merasa bersalah karena tak bisa mempertahankan bayinya atau mulai mempertanyakan apakah keputusannya tersebut tepat.

4. Kemarahan dan penyesalan
Seorang wanita harus memiliki mental yang kuat ketika mengambil keputusan untuk aborsi. Namun terkadang kekuatan ini bisa berubah menjadi kemarahan dan rasa penyesalan nantinya. Kemarahan bisa ditujukan pada dirinya sendiri atau orang yang dianggap menyebabkan aborsi tersebut. Selain itu, dia akan merasakan penyesalan setelah melakukan aborsi tersebut.

Wanita yang melakukan aborsi akan mengalami permasalahan dalam hal psikologis seperti di atas, baik yang melakukannya engan keinginan sendiri maupun karena alasan medis. Untuk itu, wanita yang baru melakukan aborsi memerlukan dukungan moral dan dampingan. Mereka tak bisa dibiarkan sendiri karena bukan tak mungkin pikiran buruk dan depresi bisa berujung pada hal yang tidak diinginkan seperti bunuh diri.

[kun]